Fikri's World

Sunday, December 12, 2010

A Story of Friendship -Part 1-

Cerita ini mungin aneh dan ga seru, tapi baca aja ya ceritanya, mudah-mudah kalian suka, eits kalau udah baca komen yaw..!! 

ikuti kisahnya dibawah ini.....



A Story of Friendship -Part 1-

( Kedatangan si Anak Baru )

 

"Tiara...!!! Fikri...!!! Ismail...!!! Tungguin..!!" Teriak Annin sambil berlari tergopoh-gopoh mengejar Tiara, Fikri, dan Ismail yang berada jauh di depannya.

"Cepetan! Kamu sih..! Tadi malem pake acara OL sampe tengah malem! Jadi kesiangan kan?!" Protes Tiara. Tadi malam Annin memang OL sampai tengah malam. Jadinya sekarang kesiangan.

"Hehehe.. Iya.. Maaf.. Maaf.. Tungguin dong.” Pinta Annin masih sambil mengejar ketiga kawannya itu.

“Iya.. Kamunya cepet dikit dong larinya!! Nanti kita kebawa telat lho gara-gara kamu!” Perintah Fikri.

“Iya.. Iya..”

Annin, Tiara, Fikri, dan Ismail memang sudah bersahabat sejak kelas 5 SD hingga sekarang mereka sudah duduk di kelas 7. Setelah lulus dari SD, mereka mendaftar ke SMP yang sama. Kebetulan, mereka menjadi teman sekelas lagi di SMP. Setiap pagi, mereka berangkat ke sekolah bersama-sama. Jarak rumah mereka yang berdekatan satu sama lain memudahkan mereka untuk berangkat bersama. Karena jarak dari rumah mereka ke sekolah tidak terlalu jauh, mereka biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.

>>>

'Teett...' Bel berbunyi tanda pelajaran dimulai berbunyi bertepatan dengan kedatangan Annin, Fikri, Tiara, dan Ismail.

“Fuh.. Pas banget..” Ucap Fikri menghembuskan nafas lega.

“Iya.. Untung belum telat. Ngepas banget waktunya. Annin sih..!” Tiara memprotes Annin.

“Ih..! Kan belum telat!” Annin membela dirinya.

“Udah.. Udah.. Jangan malah bertengkar dong.. Kalo bertengkar kita bisa telat lho..!” Ismail mengingatkan. Ismail memang paling bijaksana diantara mereka berempat. Selain umurnya paling tua diantara yang lain, ia juga seorang pendakwah. Jadilah ia seorang yang bijaksana dan orang yang paling dihormati oleh teman-temannya.

“Iya deh..” Jawab yang lainnya.


Tap.. Tap.. Terdengar langkah kaki seseorang yang mendekati kelas 7B. Kelas 7B adalah kelasnya Annin, Tiara, Fikri, dan Ismail. 'Kreek...'
Pintu terbuka dan muncullah seorang guru. Ia adalah Bu Lidya, guru biologi kelas itu.


“Assalamualaikum wr. wb. Good morning students! How are you today?” Ucap Bu Lidya dengan semangat seperti biasanya. Bu Lidya selalu bersemangat setiap mengajar. Sehingga, Bu Lidya bisa dibilang sebagai guru terfavorit.

“Waalaikumsalam wr. wb. Good morning! I'm fine..!” Jawab seluruh murid tak kalah semangatnya.

“Anak-anak, hari ini ibu akan membagikan hasil praktek biologi minggu lalu. Seperti janji ibu, ibu akan memberikan 4 batang coklat untuk kelompok yang mendapatkan nilai praktek tertinggi di kelas . Sekarang ibu sudah membawa coklatnya.” Ujar Bu Lidya panjang lebar sambil mengacungkan 4 batang coklat.

“Horeeeeeee....!” Teriak seluruh murid dengan semangat.

“Yak.. Sekarang kalian duduk sesuai dengan kelompok masing-masing. Nanti ibu baru kasih tau kelompok mana yang akan diberi coklat.” Perintah Bu Lidya,

“Siap Bu...” Jawab seluruh murid dengan kompak. Kelas langsung saja riuh. Seluruh murid sibuk berlari kesana kemari untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

“Sudah berkumpul dengan kelompok masing-masing???” Tanya Bu Lidya.

“Sudah Bu...” Jawab seluruh murid.

“Nah.. Sekarang ibu akan beritau kelompok mana yang mendapat nilai tertinggi dan akan diberi coklat.” Ucap Bu Lidya. “Kelompok 1. Anggotanya Annin, Tiara, Fikri, dan Ismail. Kelompok mereka mendapat nilai 95.” Sambung Bu Lidya.

“Horeeeeeeeeeee...!” Sorak murid-murid.

“Bagi-bagi ya coklatnya..!!!” Teriak Deva yang memang terkenal sebagai murid paling iseng di kelas itu.

“Enak aja...! Aku laper tauu..!” Tolak Annin.

“Huh.. Gembul!” Balas Deva.

“Heh.. Sudah.. Sudah..” Bu Lidya menengahi. Annin dan Deva pun menyudahi perdebatam mereka.


Di meja kelompok 6...


“Huh.. Kenapa sih kelompoknya dia terus yang dapet nilai tertinggi!! Heuh..! Gak ikhlas!!!!” Maudy menggerutu. Mukanya ditekuk. Bibirnya manyun.

“Sabar aja Mod..” Gaby menenangkan.

“Iya.. Lain kali pasti bisa.!” Timpal Ionk.

“Psstt... Jangan sekarang ngobrolnya. Nanti ketauan Bu Lidya.” Tania mengingatkan. Maudy, Gaby, dan Ionk diam.


'Teett...' Bel istirahat berbunyi. Seluruh murid berbondong-bondong pergi keluar kelas masing-masing.
Tiara mengajak Annin, Fikri, dan Ismail untuk pergi ke kantin.

“Nin, Fik, Il... Ke kantin yukk..!” Ajak Tiara.

“Yukk...” Sambut yang lainnya.


Di kantin...


“Jajan yukk!!” Teriak Annin.

“Aku gak mau ah.. Mau ngehemat uang jajan. Kan udah punya coklat dari Bu Lidya.” Tolak Ismail.

“Aku juga gak mau ah.. Males pergi jajannya. Lagian udah ada coklat ini.” Ucap Fikri sambil mengacungkan coklatnya.

“Tiara pasti mau jajan kan??” Annin terlihat berharap.

“Ya deh.. Aku temenin. Aku juga sekalian mau jajan.” Jawab Tiara sambil beranjak dari kursinya.

“Horee...” Sorak Annin.

“Dasar anak gembul..” Gumam Ismail.


Di suatu meja di kantin...


“Heuh...! Aku masih gak ikhlas! Mau sampe kapan kayak gini terus..?! Kapan sih aku bisa ngalahin nilainya dia!” Maudy terus saja marah-marah. Teman-temannya hanya bisa memaklumi. Mereka tau Maudy mempunyai masalah sehingga ia menjadi terlalu ambisius seperti ini.

“Sabar aja Mod.. Lain kali pasti bisa..” Gaby membangkitkan semangatnya Maudy.

“Iya.. Aku yakin kamu pasti bisa ngalahin nilai Ismail.” Timpal Ionk.

“Pasti nanti kamu bisa ngebuat pandangan nenek ke kamu berubah.” Tania ikut menyemangati Maudy.

Sebenarnya apa sih masalah Maudy?


-Flashback-

Siang itu, Maudy dan Ismail baru saja selesai dari pengambilan rapor semester awal kelas 5. Nenek Ismail dan Maudy lalu memanggil Ismail dan Maudy setelah ia selesai melihat rapor kedua cucunya itu. Ismail dan Maudy memang bersepupu. Mereka tinggal bersama Nenek mereka sejak kelas 2 SD. Orang tua Ismail bekerja ke Australi. Sedangkan orangtua Maudy bekerja ke Singapur. Makanya Maudy dan Ismail sama-sama dititipkan pada neneknya.

“Ismail...! Maudy...! Ke sini.” Nenek Maudy dan Ismail memanggil Ismail dan Maudy.

“Iya Nek..” Jawab Ismail dan Maudy setelah duduk dihadapan Nenek mereka.

“Maudy!!! Kenapa nilai dirapor kamu banyak yang pas-pasan?? Lihat rapor Ismail! Nilainya bagus-bagus. Paling kecil saja nilainya 85. Lihat nilai kamu! Masih banyak yang 75!” Ujar Nenek Maudy. Maudy hanya menunduk karena sedih. Setiap habis pengambilan rapor, inilah yang selalu terjadi.

“Maafin Maudy Nek.. Maudy pasti memperbaiki nilai Maudy semester depan.” Ucap Maudy sambil menunduk menahan tangis. Dihatinya tersirat rasa iri pada Ismail.

“Dari dulu kamu cuma bisa bilang seperti itu!!! Nilai kamu gak pernah berubah! Selalu kayak gitu! Kamu harus belajar banyak dari Ismail! Dia rajin. Jadi dia selalu bisa mendapatkan nilai terbaik!” Sentak nenek Maudy. Neneknya itu memang bersifat keras, tegas, disiplin, dan agak galak. Tapi, dibalik semua itu, nenek sangat sayang pada Ismail dan Maudy.

“Hiks.. Hiks..” Maudy terisak. Ia sedih karena terus dibandingkan dengan Ismail. Rasa irinya pada Ismail berubah menjadi kebencian. Ismail juga menunduk. Ia merasa tidak enak pada Maudy.

“Kenapa malah nangis?!!!” Sentak Nenek Maudy lagi.

“Hiks.. Nenek gak pernah ngertiin perasaan Maudy! Sejak dulu Nenek selalu ngebandingin Maudy sama Ismail. Maudy gak suka Nek. Maudy capek dikayak giniin terus! Maudy benci sama Nenek! Maudy benci sama Ismail!” Teriak Maudy sambil berlari ke kamarnya.

Sejak saat itu Maudy sangat membenci Ismail. Ia menjadi sangat ambisius untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari Ismail.

-Kembali ke masa kini-


“Annin...!!!” Tiara teriak-teriak di depan rumah Annin. Ia mau mengajak Annin berangkat ke sekolah bersama-sama seperti biasa.

“Iya... Sebentar..!” Jawab Annin.

“Cepet..” Teriak Tiara.

“Iya... Ini udah selesai.” Jawab Annin sambil berjalan keluar dari rumahnya.

“Tumben gak telat Nin..” Celetuk Ismail.

“Yeh.. Kemaren aku telat, kalian protes. Sekarang aku gak telat, kalian malah protes juga.!” Protes Annin.

“Nin.. Kemaren aku gak ikut protes lho..” Ismail mengingatkan.

“Udah ah.. Ayo berangkat ke sekolah.” Tiara mengalihkan pembicaraan.

>>>

'Tap.. Tap..' Terdengar langkah kaki seseorang mendekati kelas 7B. Itu adalah langkah kaki Bu Nurmala, wali kelas 7B sekaligus guru Bahasa Indonesia dikelas itu. Pelajaran Bahasa Indonesia memang pelajaran pertama hari itu.

“Assalamualaikum..” Bu Nurmala mengucap salam sambil masuk ke kelas 7B. Dibelakangnya, ada seseorang anak laki-laki yang turut masuk ke kelas 7B.

“Waalaikumsalam...” Jawab murid-murid.

“Anak-anak.. Hari ini kita kedatangan murid baru dari padang. Namanya Lintar. Ia sering menjuarai berbagai olimpiade di daerahnya. Kalian bisa belajar banyak dari Lintar. Lintar, silahkan perkanalkan diri kamu.” Ucap Bu Nurmala.

“Nama saya Halilintar Morgan. Kalian bisa memanggil saya Lintar. Saya pindahan dari padang. Senang berkenalan dengan kawan-kawan semua.” Lintar memperkenalkan dirinya.

“Lintar.. Silahkan duduk di sebelah Rio.” Perintah Bu Nurmala.

Maudy yang melihat murid baru itu tiba-tiba tersenyum licik. “Aku punya rencana.”
Batin Maudy.


'Teett..' Bel istirahat berbunyi. Maudy segera mengajak Tania, Ionk, dan Gaby untuk pergi ke kantin.

“Tan, Onk, Gab.. Ke kantin yuk.. Aku mau ngasih tau kalian sebuah rencana . Hahahaha..” Ucap Maudy.

“Apaan?” Tanya Tania, Ionk, dan Gaby serentak.

“Di kantin aja..”


Di kantin...

“Apa Mod rencana kamu??” Tanya Gaby antusias.

“Jadi gini...”

TBersambungT

0 comments:

Post a Comment