Fikri's World

Saturday, December 4, 2010

He Is My Love Forever (part 4) Oleh Tiara Ah

Maaf ya sebelumnya, dipart ini kebanyakan bukan menceritakan tokoh utama (Rio Ify). Hampir semua dihabiskan oleh Villa. Sekalilagi khususnya RIFY maniac, maaf ya ^^
Selamat membaca ^^
..


Rio yang begitu tegar, tidak disangka meneteskan air matanya. Matanya merah oleh air mata.

"Fy, coba inget-inget lagi." Ucap Rio memohon-mohon pada Ify untuk berusaha mengingatnya.

"Udah deh ! Jelas-jelas Ify nggak tau siapa, lo. Mening lo pulang aja." Seru Gabriel. 

"Maaf kak. Ify pusing." Ucap Ify. 

Rio terlihat menatap tajam dan kecewa pada Ify. 

"Gue pulang !" Bentak Rio sembari keluar kamar rawat Ify.
Braak ! Rio membuka dan menutup paksa pintu kamar rawat tersebut.

"Yo !" Panggil Alvin yang sepertinya percuma. Rio sudah jauh meninggalkan ruangan itu. 

"Gue kejar Rio dulu." Pamit Alvin pada Shilla.

"Gue ikut !" Seru Shilla. Shilla dan Alvinpun keluar dari kamar rawat Ify.

..

Saat sudah diluar , 

"Shill, Lo tanyain ke dokter keadaan Ify. Biar gue yang ngejar Rio." Ucap Alvin yang menghentikan langkah Shilla.

"Tapi, Vin.." "Cup !" Belum sempat Shilla menyelesaikan kalimatnya, Alvin mengecup lembut pipi Shilla. 
Shilla hanya terbengong-bengong. "Al... Vin?" Tanya Shilla dengan kaki melemas.

"Bye ! Gue ngejar Rio dulu !" Seru Alvin merasa tidak ada dosa sembari beranjak pergi memakai motornya untuk mengejar Rio. Shilla masih memegangi pipinya yang panas. 

Setelah lama diam ditempat , Shilla segera menuju ruang dokter dan menanyai sebenarnya apa yang terjadi pada Ify. 

..

Di ruang dokter,

"Permisi.." Sapa Shilla sembari nongol ke pintu ruang dokter.

"Ah, ya? Silahkan masuk." Ucap sang dokter.

Shilla masuk pada ruang dokter itu dan duduk di kursi yang ada di depan meja dokter.

"Ada apa?" Tanya dokter tersebut.

"Um.. Saya teman dari Ify pasien di kamar 204." Kata Shilla memperkenalkan diri dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Dokter itu menjabat tangan Shilla sembari berkata "Dokter Dave". 

"Ya. Dok. Um .. Sebenarnya, apa yang terjadi sama teman saya Ify?" Tanya Shilla membuka topik pembicaraan. Dokter Dave mengerutkan kening.

"Adek belum tau?" 

"Belum dok." 

"Hm.. Ify terkena amnesia."

"Tapi kenapa hanya satu orang yang tidak bisa diingat Ify?" 

"Itu dikarenakan saat terjadinya kecelakaan, orang itu sangat difikirkan oleh Ify. Mungkin karena kangen atau ada sesuatu. Jadi Ify memikirkan orang itu. Sehingga yang tidak diingatnya hanya orang itu saja." 

"Ha .. Hah ? Apa Ify bisa mengingat orang yang dilupakannya itu !?" 

"Hanya kenangan-kenangan kuat bersama orang tersebut yang dapat mengingatkan Ify kembali." *BBF bangeeet.. 

"Dengan cara apa, dok ??" 

"Ya.. Mengingatkan Ify akan kenangan-kenangan itu. Dengan berbagai cara tentunya.." Jawab Dokter Dave sembari mengangkat bahunya. 

"Ah.. Trimakasih infonya dok. Saya pamit dulu." Ujar Shilla sembari berdiri dan menjabat tangan Dokter Dave kembali. 

"Ya. Sama-sama" 

..

Saat keluar ruang dokter, 

"Wah.. Ternyata Ify segitu mikirin Rio ya? Kasian Rio.. Apa aku telfon Alvin aja ya?" Tanya Shilla dalam hati sembari berjalan pelan keluar rumah sakit.
Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti.
Mukanya tiba-tiba memerah saat mengingat Alvin. Apalagi jika mengingat kejadian tadi saat bersama Alvin. Mukanya terasa sangat panas. 

"Waah.. Aku malu kalo ketemu Alvin.. Gimana dong?? Aduh.. Tapi kalo nggak ketemu atau nelf Alvin mana bisa aku ngasih tau semuanya ! Aduuh ... Tapi aku malu banget.... Wajah aku panas kalo nginget Alvin.. Apalagi pipi aku... Bekas ciumannya masih bisa aku rasain ! Haduuh.. Malunyaaa..." Batin Shilla sembari memukul kecil pipi kanan dan kirinya secara bergantian. Shilla tampak lucu dengan muka merah dan mata terpejam kuat yang mencoba menghilangkan rasa malunya. 

Pluk. Seseorang senaruh tangannya di bahu Shilla. Shilla menoleh dan,

DEG !! Kini wajah Shilla dengan orang tadi hanya satu jengkal jaraknya. Muka Shilla luar biasa merahnya ketika mengetahui orang itu adalah Alvin. Kaki Shilla melemas. Ia tidak bisa beranjak dari posisinya sekarang. 
Tangannya tidak bisa ia gerakan dan bahunya yang masih disentuh Alvin memanas dan sedikit gemetaran . 
Alvinpun tidak bergerak sama sekali. 
Alvin tidak ingin melepaskan jemarinya dari bahu Shilla. Alvin hanya bisa memandangi mata Shilla yang hanya satu jengkal jaraknya dengan matanya. Jantung keduannya terus berdetak kencang seperti sehabis lari. 

"Kalau ini mimpi, aku nggak mau bangun !" Seru Shilla di dalam hati. Sepertinya Alvinpun berfikir demikian. 

"Eh.. Um.. Hai.." Ucap Alvin memulai pembicaraan sembari melepaskan tangannya dari bahu Shilla. 

"Ah.. I, Iya.. Ha,, Hai.." Balas Shilla. Shilla dan Alvin jadi salting(salah tinggah) dan heboh sendiri. 

"Um .. E.. Gimana?" Tanya Alvin.

"A, Apanya?" Kata Shilla balik bertanya. 

"Kata dokter." Jawab Alvin sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena salting. 

"Oh.. Um .. Kayaknya nggak disini deh Vin. Kita duduk dulu disitu yuk..." Ajak Shilla dan menunjuk sofa ditengah RS.

"Hm... Yuk."

..

Saat sudah duduk di sofa tersebut, Shilla duduk di sebelah Alvin. 

"Um.. Eu... Jadi?" Tanya Alvin.

"Ah, i, iya? Apa Vin?" Tanya Shilla kembali. Pikirannya sedang kacau karena Alvin. 

"Gimana Ify?" 

"Ouh .. I, itu .. Jadi gini,, bla bla bla ...." Shilapun menjelaskan detil apa yang Dokter Dave ucapkan tadi saat ditanyai oleh Shilla.

"Oum .. Gitu."

"Kalo Rio gimana?" 

"Dia masih marah. Dirumahnya gak ada. Ntar gue cari lagi."

"Ouh .."


Siiiing ~ Keadaan mendadak hening. Shilla bingung mencari topik pembicaraan. Begitu juga dengan Alvin. 

"Hh.. Gue mau cari Rio lagi ya." Pamit Alvin sembari baranjak dari duduknya,

Greeep. Shilla refleks dan memegang tangan Alvin. Alvin membalikan setengah badannya. 
Keadaanpun hening kembali dengan Shilla yang menggenggam tangan Alvin. Kini jemari Shilla dan Alvin saling bersentuhan. 
Shilla menggerakan tangan kirinya dan memegang tangan Alvin yang sudah ia pegang dengan tangan kananya.
Shilla berdiri dan tertunduh. Alvin kaget , senang sekaligus bingung.

Lalu Shilla angkat bicara, 

"Gue ikut Vin.." Pinta Shilla dengan wajah tertunduk. Ia tidak mau memperlihatkan wajahnya yang memerah untuk yang ke-3 kalinya pada Alvin. 

"Yuk" Ajak Alvin sembari tersenyum puas. Ia berjalan kearah motor Alvin dengan berpegangan tangan. Ya. Karena Shilla ataupun Alvin tidak ingin melepas genggaman Shilla saat meminja ijin untuk pulang. 

..

Sesampainya disana, 

"Lah? Pake.. Motor?" Tanya Shilla. 

"Iya . Gue gak bawa mobil. Lo gak mau?"

"Bu.. Bukan ! Mau kok !!"

"Ya trus kenapa? Nih pake." Tanya Alvin sembari menjulurkan helm.

"Nggak apa-apa kok." Jawab Shilla dan memakai helm yang dipinamkan Alvin. 

"Berarti, selama perjalanan.. Gue meluk Alvin dong?" Tanya Shilla dalam hati. 

Alvinpun menaiki motornya.

"Shill.. Ayoo.." Ajak Alvin yang membangunkan Shilla dari lamunannya .

"Ah, I Iya. !" 

Shillapun menaiki motor Alvin. Ia merasakan detak jantung yang luar biasa kencangnya. 

"Pegangan, Shill !" Perintah Alvin. Tangan Shilla yang gemetaran mulai melingkar pada tubuh Alvin. Tapi tangannya tidak sampai-sampai karena terlalu pelan dan gemetaran.

Greeep. Tangan kakan Alvin menggenggam tangan kanan Shilla dan tangan kiri Alvin menggenggam tangan kiri Shilla. Shilla kaget. 

Gyuut. Alvin menarik medua tangan Shilla dan membuat tangan Shilla melingkar erat ditubuhnya. 

Shilla hanya bisa menganga dengan wajahnya yang memerah. Untung saja Alvin tidak dapat melihat wajah merah Shilla itu. 
Kini Shilla memeluk erat tubuh Alvin dengan tangan Alvin yang berkeringat di tangannya. 

"Kayak gini nggak apa-apa kan?" Tanya Alvin.

"Y.. Y.. Ya.. Gak apa-apa.." Jawab Shilla. Alvin melepas genggamannya dan meraih stir motor. 
Alvin mulai tancap gas. 

..

Saat perjalanan ,

"Kita mau cari Rio kemana, Vin?" Tanya Shilla setengah berteriak. Suaranya hampir termakan oleh keributan jalan raya. 

"Kita coba ke rumahnya lagi. Kali aja dia udah pulang" Jawab Alvin dengar setengah berteriak juga.

..

Sepanjang perjalanan, Shilla terus nempel pada Alvin.

DEG , DEG, DEG. Shilla bisa merasakan detak jantung seperti orang habis berlari. Tapi ternyata itu bukan hanya detak jantungnya. Detak jantung yang bisa Shilla dengar juga adalah detak jantung Alvin. 

"Alvin juga deg-degan ya.." Batinnya. 

Shilla dan Alvin keduanya merasa hangat . Surga macam apa ini?? Fikir mereka berdua. 


..


"Shill.. Udah nyampe" Ucap Alvin.

"A.. Ah?? Ah maaf.. Gue.. Gue terlalu asiik.. Maaf ya." 

"Ya gak apa-apa .. Terlalu... Asik gimana, Shil?" 

Shilla salah tingkah, Ia tidak mengira Alvin akan bertanya seperti itu. Ia bingung akan menjawab apa. Sebenarnya dari dalam hatinya , ia asyik memeluk hangat Alvin. Tapi masa Shilla akan menjawab seperti itu? 

"Um .. E.. Euh.. Asik.. Um.. Asyik apa ya.." Jawab Shilla gelagapan karena panik. 

"Asyik yang ini bukan?" Tanya Alvin sembari memeluk hangat Shilla. 

Shilla tidak bisa berkata-kata. Badannya lemas. Ia menganga + melotot kaget. Tubuhnya sangat-sangat panas. 
Tapi ntah mengapa tangan Shilla bergerak sendiri membalas pelukan Alvin sambil berkata "ya".

Mereka berpelukan hangat di antara angin lembut yang membelai mereka. Shilla merasa nyaman. Ia seolah dilindungi oleh tubuh Alvin yang lebih besar darinya. Sungguh ia berfikir itu adalah mimpi dan tidak ingin terbangun. Alvin merasa hangat dan mempererat pelukannya. 

"Hooooooooy !!!" Teriak seseorang dari belakang mereka. Karena mereka belum berpacaran, refleks Alvin dan Shilla saling melepas pelukan masing-masing. Siapa orang itu? 


**

0 comments:

Post a Comment