Fikri's World

Monday, December 6, 2010

He Is My Forever Love (part 6) Oleh Tiara

"Shill.... Macet banget.. Hari Minggu sih !" Seru Alvin setengah berteriak.

"Ya trus gimana?? Kira-kira nyampe jam berapa??" 

"Wuih.. Sore kalo kayak bgini mah , Shill !"

"Yaudah balik lagi aja gimana? Ke RSnya besok. Nanti kita bilang Rio?" 

"Yaudah deh.." 

Alvinpun membalikan motornya ke jalur untuk pulang. Kini Alvin dan Shilla khususnya tidak ragu lagi untuk bonceng-boncengan. 


..


Sementara itu ditempat Ify dan Gabriel ,

"Fy, besok kita sama-sama keluar rumah sakit. Rumah lo dimana? Biar gue anter.." Tanya Gabriel sembari mengelus lembut rambut Ify. Ify terdiam sesaat. 

"Rumah?" Tanyanya.

"Iya rumah.."

"Ify.. Lupa rumah Ify dimana, Yel.." Jawabnya. Gabriel teringat akan amnesia Ify. 

"Fy, kalo lo mau, disebelah kamar gue, ada kamar kosong. Nge kos.. Lo mau gak?"

"Uangnya?" 

"Kita cari kecil-kecilan.. Lagian kayaknya ortu gue bisa bantu kalo lo mau. Gue udah bilang masalah ini ke ortu gue. Termasuk soal sekolah lo."

"Hah? Yang bener?" 

"Iya. Sekolah lo sama sekolah gue ya?" 

"Makasih Iyel...!" Seru Ify sembari berhambur pada pelukan Gabriel. Gabriel balik memeluk hangat Ify. 

Gabriel melepas pelukan Ify. "Fy, gue keluar dulu bentar. Nanti gue balik lagi ya?"

"Ya.." 

Gabriel keluar kamar rawat Ify. Saat ia berjalan keluar, tidak sengaja ia menendang sesuatu. Gabriel melirik ke arah bawah. Dilihatnya bucket bunga pinus cantik. Ia lalu segera mengambil bucket itu. Gabriel terduduk di kursi plastik didepannya. Ia menyenderkan tongkatnya dan mengamati bucket bungan pinus itu. Setelah mengamatinya, Gabriel melihat secarik kertas dan langsung ia ambil. 

"Rio.." Gumam Gabriel dalam hati yang membacakan tulisan di kertas itu. Perasaannya berubah menjadi sangat kesal.

Setelah itu, ia meremas kertas itu dan membuang jauh-jauh. Gabriel segera memasang wajah senangnya lagi. Dengan mantap, ia melangkahkan kaki ke kamar rawat Ify. 

Tok tok.. 

"Masuk.." Ucap Ify dari dalam.

"Fy, tutup mata kamu dulu !" Seru Gabriel. 

"Iyel ya? Tadi kemana? Kok cepet amat?"

"Nggak .. Aku punya sesuatu buat kamu !"

"Heuh?"

"Iya.. Tutup mata.." 

"Iya deh.." Ifypun menurut dan menutup matanya. 

Clek, pintu kamar terbuka. Cup ! Gabriel mengecup pipi Ify. Ify kaget dan membuka matanya. 

"Iyel ?!" 

Tuing. Sebuah bucket punga Pinus berada tepat di depan wajah Ify. Ify makin saja kaget. 

"Hah? Apa ini?" 

"Bucket Pinus !" 
Ify segera meraih bucket itu dan memeluknya. 

"Iyel tau dari mana gue suka ini??"

"Eum.. Eu.." Gabriel terdiam sesaat. "Ya tau aja.. Masa gue gak tau kesukaan lo sih?" 

"Ahaha.. Iya ya.." Kata Ify sembari tersenyum girang. Senang sekali rasanya bisa melihat bucket besar Pinus yang ia suka. Tapi.. Itu kan dari Rio? Apa Gabriel sama sekali tidak mengijinkan Rio masuk pada hidup Ify? 

"Ify.." Panggil Gabriel. 

"Apa?"

"Kamu cantik." Jawab Gabriel yang membuat pipi Ify merah merona. 

"A.. Apaan sih.." Ify menyembunyikan wajah manisnya di balik bucket. Berusaha menutupi wajahnya yang merah. 

"Haha.. Emang bener cantik kok. Liat sini.." Suruh Gabriel. Gabriel mendekatkan badannya pada Ify dan mengangkat handphonenya untuk berfoto ria bersama Ify . Ify mengerti dan mengambil pose. 
Ia mengedipkan sebelah matanya dengan bibir manyun dan membentuk jarinya menjadi huruf V. 

"I.. 2.." Gabriel memberi aba-aba. 

Jepreeet. Gabriel berpose dengan menempelkan bibirnya pada pipi kanan Ify. Sementara Ify berpose seperti tadi.

"Iyeel !! Lagi-lagi ?! Kenapa nggak bilang dulu ?!"

"Kalo gue bilang dulu lo nggak mau pose lucu kayak gini tau ! Yang ada malah kikuk..." 

"U.. Uhk.. Iya juga sih.."

"Haha.. Tinggal masukin fb, photo profile deh.."

"Aah ! Jangan Iyel ! Siniin hape kamu !" 

"Ahaha..." 

"Hey kalian ! Pacaran mulu... Kok tenang-tenang aja? Sekarang kan kalian keluar rumah sakit !" Seru suster yang biasa merawat dua orang ini sembari melipat tangan di dada dan bersender pada pintu. 

"Su.. Suster.. Dari kapan disitu?" 

"Dari tadi.." 

"Maluuuuuuu..." Seru Ify dan menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. 

"Ahaha .. Ckck.. Masa muda. Iyel, sana kamu ! Ify mau ganti baju sama kemas-kemas.." Usir Suster sambil memukul kecil pundak Gabriel. 

"Kan besok??" Protes Gabriel. 

"Sotoy. Sekarang tau. Huss.." 

"Aduh.. Di usir.. Huh !" Gabriel pasrah dan keluar kamar Ify. Saat menuju pintu, ia melihat handphone Ify bergetar. Gabriel segera membawa handphone Ify itu. 

Clek, 

Pintu kamar rawat Ify tertutup. Handphone Ify masih bergetar. 
Gabriel melihat layar ponsel itu. Tertera tulisan Rio yang sedang menelfon. Gabriel mengangkatnya. 

"Ify ?! lo udah baik ?! Bucketnya udah keterima?!" 

"Hai. Lo cowok yang ngaku-ngaku cowoknya Ify ya?"

"Eh, kok elo ?!"

"Kenapa emang? Oya, gue cuma mau ngasih tau aja. Kayaknya dari sekarang lo udah nggak bisa ketemu Ify lagi."

"Ke, Kenapa ?!" 

"Bukan urusan lo. Lo jangan ganggu hidup Ify lagi !" 

"Sial !"

'tut tut tut..' sambunganpun terputus. Gabriel tersenyum puas. Ia merasa Ify telah menjadi miliknya seorang. 

Karena Ify sedang berkemas, Gabrielpun memutuskan untuk berkemas juga. 

..

Di kamar rawat Gabriel , 

Gabriel menghampiri meja kecil di samping ranjangnya. Disana nampak ada foto Ify sedang berpose di bawah pohon yang amat rindang. Ups. Itu bukan Ify. Memang sangat mirip. Tapi sepertinya itu bukan Ify. 
Gabriel hampir saja meneteskan air matanya. 

"Ivi.." Bisiknya. 

Pluk. Seseorang menaruh telapak tangannya di bahu Gabriel. 
Gabriel refleks menoleh. 

"Suster?" 

"Sabar ya.." Bisik suster yang tadi. 

"Iya. Thanks sus." 

"Si Ify udah tuh.."

"Iya.. Bantuin aku juga dong beresin barang ! Masa Ify iya aku nggak?" 

"Bawel. Barang kamu udah saya beresin semua tau !" 

"Ow? Okeh." 

"Yel, kamu mau bilang tentang Ivi sama Ify?" 

"Hm.. Nggak tau deh, sus. Kayaknya nggak."

"Ya. Saya tau alesannya. Jemputan udah ada tuh. Ify bareng kamu kan?"

"Iya. Thanks ya sus."

"Ok. Jangan masuk sini lagi !" 

"Siapa juga yang mau.."

'tok tok tok..'

"Iyel?" Sapa seseorang dari balik pintu kamar rawat Gabriel dengan nada lembut. Gabriel langsung tau siapa yang memanggilnya itu.

"Iya, Fy ! Sebentar." 

Suster menepuk-nepuk bahu Gabriel. 

"Kamu putus sama Ify, saya pukul kamu !" Ancam suster yang sangat mendukung Gabriel dan Ify. 
Gabriel keluar kamar rawatnya, dengan tongkat tentunya. Dan disambut senyum riang dari Ify. Ify yang sudah sehat, walaupun masih ada rasa sakit , sudah diperbolehkan pulang. Asal jangan terlalu capek saja. 

..

Didalam mobil, Ify melambaikan tangan pada suster yang selalu mengurus dirinya selama ini. Gabriel tersenyum tipis. 

"Sekarang langsung ke kos-an , Yel?" 

"Nggak.. Ke rumah mampap gue dulu. Kita disitu dulu sementara ya?"

"Hah?? Nggak enak ah.."

"Nggak apa-apa kok." 

"Hufft...."

..


Sementara itu di rumah Alvin. Shilla turun dari motor Alvin. 

"Pegeeel !!" Seru Shilla sembari mengeliat. 

"Pegelan gue kali.." 

"Eh, Vin.. Ntu perban belom lo ganti?" 

"Um.. I, iya.. Abis nggak ada perbannya sih.." 

"Ih.. Gue nggak disuruh masuk nih?" 

"Masuk masuk.." 

Clek, Alvin membuka pintu depan rumahnya dan melirik ke segala arah di ruang tengah rumahnya itu. Ia melihat Omanya sedang membaca koran sembari meminum teh. 

"Uhk.. Kenapa pas gini Oma ada sih ?!" Batin Alvin dengan kesal. Sementara Shilla, wajahnya ceria melihat Oma Alvin. 

"Oma !" Sapanya. "Euuhh .. Si Shilla ini !!" Batin Alvin lagi. 

"Eh? Shilla .. Kangen Oma !" 

"Sama Oma..." 

"Hm....." Oma tersenyum licik ke arah Alvin. Alvin salah tingkah. Beberapa kali Alvin memberi isarat pada Oma agar tidak mengatakan apapun. 

"Shilla .. Semalem, Alv.." "Ssst !! Oma !" Bentak Alvin memotong kalimat Oma. 

"Kenapa, Oma?" Tanya Shilla penasaran. 

"Kemaren itu....," 

"Yuk ah Shill ke kamar gue !" Ajak Alvin dengan paksa dan menarik Shilla ke arah kamarnya. Shilla yang bingung. Oma geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya yang sudah bisa dibilang dewasa itu. 

..

Di kamar Alvin , 

"Lah ?! Ini banyak perban ! Kenapa kagak mau ganti ??!!!!" Bentak Shilla pada Alvin dari dalam kamar Alvin. Suaranya itu terdengar sampai ke telinga Oma. Oma yang mengetahui alasannya hanya senyam-senyum sendiri. 

"Ya. . Ya gak mau ! Terserah gue dong !" 

"Aah ! Alesan ! Sini gue ganti !" 

"I, iya.." 
Mendengar cucunya yang kikuk di depan cewek dan menjawab 'iya', Oma semakin merasa lucu dan cekikikan.

"Mudah-mudahan Oma nggak ngomong apa-apa deh.." Batin Alvin sambil mengalihkan pandangan dari Shilla . Shilla tidak enak tidak mau dilihat Alvin seperti itu. Shilla loncat kedepan Alvin. 

Grep. Wajah Alvin yang selalu stay cool memerah . Alvin mengalihkan pandangan pada arah jendela. 
Shilla menuju jendela. Alvin mengalihkan pandangan pada lemari. Shilla menuju lemari. Alvin mengalihkan pandangan kearah meja belajarnya. Shilla segera duduk di kursi belajar Alvin. Hampir semua benda di kamar Alvin sudah Shilla datangi. Tapi Alvin tetap tidak mau melihat Shilla. 

"Lo kenapa sih, Vin? Marah ya sama gue? Gara-gara apa?" Tanya Shilla yang sedang duduk di kasur Alvin sembari memeluk lututnya dan terlihat sedih dengan bibirnya yang manyun . 

"Eh? Ng.. Nggak, kok !" 

"Kalo gitu, liat gue ! Ngomongpun lo gak liat gue..." 

"O.. Ogah ah !"

"Tuh kan..."

Alvin menarik nafas panjang. Mencoba melihat Shilla. Iapun tidak mengetahui kenapa ia sendiri bersikap seperti itu. Biasanya kan biasa saja? Alvin menghampiri Shilla. 

"Nggak apa-apa Shilla .." Ucap Alvin sembari mencubit pipi Shilla. 

"Bener?"

"Iya." 

"Kalo gitu, kasih tau tadi Oma nggak boleh ngomong apa sama lo?" Anyun Shilla. 

"Hhh.." Alvin hanya mendesah. Ia terlutut di depan Shilla dan telapak tangannya menyentuh lutut Shilla. Sementara Shilla hanya manyun. Alvin mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Shilla. 
Alvin menghela nafas kembali dan menelan ludah. Ia tertunduk dan menggigit bibir.

"Alviin.." Panggil Shilla. 

"Kemaren malem ntuh, sebenernya gue gak mau di ganti perban sama Oma. Gue maksa kagak mau." 

"Hah? Kayak anak kecil aja .. Why?"

"Hhh....." Kini Alvin mengalihkan pandangan ke sisi kanan. 

"Gue mau diperbanin sama elo ! Bukan Oma ! Jadi gue gak mau lepas perban yang elo pakein." Seru Alvin sembari menelpelkan muka panasnya pada lutut Shilla. 

Siiiiing ~ Keadaan hening. 

"Kenapa? Lo mau ketawa? Ketawa aja !" Seru Alvin. Shilla mengangkat wajah Alvin yang sedari tadi tertunduk. 

"Apaan sih, ih ?! Malu gue.." Tolak Alvin. 

"Gue perbanin lagi mau?" Tawar Shilla sembari mengacak-acak rambut Alvin. 

"Um .. Eu .. Apa-apaan sih lo ngacak-ngacak rambut gue.. Tau ah.."

"Owowow .. Kagak mau? Yasud."

"Mau !" Teriak Alvin refleks. Shilla tersenyum tipis dan mulai mengambil yang lainnya. 

Beberapa kali jemari Shilla melingkar pada lengan Alvin. Bukan untuk yang pertamakalinya tentunya. 

"Shill, lo ada cowok yang lo suka?" Tanya Alvin memecah keheningan diantara Alvin dan Shilla. 
Shilla terdiam sesaat. 

"Ada gak?" 

"Ada..." 

Cleceb.. *Menusuk hati Alvin. 

"O.. Si, Siapa?" 

"Jujur apa bohong?" 

"Gak jadi ah."

"Ngambeek !! Iii.. Alviin.." Ucap Shilla mengolok-olok Alvin yang terlihat ngambek. 

"Siapa sih emangnya ntu cowok?? Ganteng banget ya ?! Huh !" Seru Alvin dan mengambil alih perban di tangan Shilla. 

"Eh?" 

"Udah gue bisa sendiri !" Seru Alvin yang segera memerbani lukanya. 

"Sok jago lo. Cowok bisa apa sih ! Sini , ah !" Kini Shilla merebut kembali perban. Alvin hanya bisa pasrah dan merasakan jari halus berkali-kali menyentuh lembut lengannya . 

"Sekeren apa sh cowok yang lo suka??" Tanya Alvin dengan mimik wajah kesal. 

"Lo yakin mau tau?" 

"Uhk."

"Dia itu cakep. Pinter. Tinggi. Jago basket, malah semua olah raga. Ramah. Kocak. Manja. Dan.." 
"Udah udah ! Kagak usah lo lanjutin ! Eneg dengernya!!" Bentak Alvin. 

"Hihi.... Lo bisa ngambek Vin? Padahal ada satu alesan lagi nih gue suka cowok itu." 

"Tau ah !" 

"Satu lagi ...." 

Alvin melirik ke arah Shilla. Shilla mencoba menahan tawa melihat Alvin bertingkah seperti itu. 

"Satu laginya, cowok itu..." 

"Udah ah ! Gue mau tidur." Alvin mendadak berubah sikap dan menaiki kasurnya yang sedang diduduki Shilla. Shilla melirik kebelakangnya , tempat Alvin mencoba memejamkan mata. 

"Yakin lo kagak mau denger, Vin?" 

Alvin tidak menjawab. Ia menenggelamkan kepalanya pada bantal. Shilla mendekat pada kepala Alvin dan berbisik. 

"Satu lagi...."

"Gue nggak mau denger, Shilla ... !" Seru Alvin dengan nada membentak. 

"Vin.. Duduk dulu dong.. Atau nggak gue pulang." 

Alvin terdiam sesaat , "Jangan" Larangnya dengan gaya amat manja . 
Alvin sudah terduduk dan masih tidak ingin menatap Shilla. Seolah ditolak mentah-mentah. Toh nembakpun tidak? Kok langsung ditolak , Vin? -.- 

"Satu lagi , cowok itu selain pinter dan yang lainnya, dia juga nggak mau diperban sama orang lain selain gue." Jawab Shilla sembari tersenyum ke arah Alvin. 

Alvin tertegun kaget. Perlahan ia menatap Shilla. 

"Lo.. Lo bisa sebutin nama tu cowok?" Pinta Alvin.

"Lo banyak maunya ah ! Tebak sendiri aja .. Pasti lo juga tau."

"Nggak. Gue gak tau. Siapa tuh ?!" Tanya Alvin antusias dan mendekatkan badannya pada Shilla. 

"Gak ah. Tapi... Kalo kata lo, cowok itu suka ke gue nggak yah?" 

".." Keadaan hening. 

Alvin angkat bicara memecah keheningan. "Emang lo suka sama tuh cowok?" 

"Upin Ipin mulai.. Ikut nonton yah gue." Pinta Shilla sembari mengambil remot tv kamar Alvin. 

"Shill, kalo cowok ntuh nembak lo, lo mau terima kagak?" 


**

0 comments:

Post a Comment