Ini part keduanya.... semoga suka J jangan lupa komennya ya
Ini part keduanya.... semoga suka J jangan lupa komennya ya
A Story of Friendship -Part 2-
( Rencana Maudy )
“Apa rencana kamu Modd?” Tanya Gaby yang sangat-sangat penasaran.
“Kalian denger kan apa kata Bu Nurmala tadi? Bu Nurmala bilang, kalo Lintar itu sering juara olimpiade. Kita bisa andalin Lintar buat jadi contekkan. Jadi aku bisa ngalahin si Ismail.” Jelas Maudy.
“Mod.. Mod.. Masa mau Lintar ngasih contekkan buat kita? Nanti adanya kita yang malah dimusuhin sama dia.” Ionk berpendapat.
“Lintar pasti mau berteman sama kita kalo dia dimusuhin sama yang lainnya.” Ucap Maudy mantap.
“Gimana bisa dia dimusuhin? Baru masuk sehari aja temennya udah segudang.” Tania berkomentar.
“Alah.. Jangan sok tau deh kamu..! Denger dulu rencana aku..!” Teriak Maudy.
“Apaan Modd rencananya?” Tanya Gaby yang terus penasaran.
“Gini... Blablablabla...” Maudy menceritakan rencananya pada Gaby, Ionk, dan Tania.
“Nah, sekarang siapa yang mau dijadiin korbannya? Jangan aku ya...!” Ucap Gaby.
“Okok.. Aku juga gak mau ya..!” Ionk menolak.
“Dan yang pasti bukan aku. Jadi yang tersisa cuma Tania!” Ucap Maudy.
“Jangan!! Aku gak mau. Aku gak ikut-ikutan. Ini kan jahat Mod..” Tolak Tania.
“Kalo kamu gak mau, liat aja nanti apa yang akan terjadi sama kamu! Kamu lupa sama...” Ucapan Maudy terpotong.
“Iya.. Iya.. Aku mau Mod..” Ucap Tania terpaksa.
“Nah... Gitu dong...!” Maudy puas.
Keesokan harinya...
“Tan.. Siap okok... Pelajaran habis ini kan olahraga! Bentar lagi lho..!” Maudy mengingatkan Tania.
“Hm.. I.. Iya..” Jawab Tania agak terpaksa.
'Teett.. Teett..' Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa kelas 7B sibuk menyiapkan pakaian olahraga. Lalu mereka berebut untuk berganti baju < emangnya ada sembako apa? >.
“Siap-siap Tan.. Tunggu sampe semua murid keluar...! Aku duluan.” Bisik Maudy.
“Hm...” Tania hanya menggumam.
Seluruh siswa keluar dari kelas 7B. Tania masih bertahan di dalam kelasnya. Alasannya, ia mau mencari kunci lokernya yang terselip. Saat kelas sudah benar-benar kosong, Tania memulai aksinya. Ia mengaduk-aduk isi tas Rio. Ia menemukan sebuah hp keren bermerek blackberry . Lalu, Tania memasukkan hp itu ke dalam tas Lintar. Setelah itu, Tania baru berlari ke luar kelas menuju ke lapangan sekolah tempat mereka biasa berolahraga.
“Gimana Tan?” Tanya Maudy begitu melihat kedatangan Tania ke lapangan sekolah.
“Udah..” Jawab Tania lesu sekaligus merasa bersalah.
“Bagus..” Maudy puas.
>>>
Pelajaran olahraga selesai. Seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing. Rio yang baru masuk, langsung mengaduk isi tasnya untuk mengambil botol minumnya. Lalu ia menyeruput isi botol minumnya dulu. Setelah itu, Rio mencari hpnya. Betapa terkejutnya ketika ia tidak menemukan hpnya.
“Woy.. Ada yang liat hp aku gak?” Tanya Rio.
“Hah?? Hilang ke mana?” Tanya Deva.
“Ya nggak tau..! Kalo aku tau hilangnya ke mana, aku juga gak akan nanya..!” Jawab Rio.
“Iya ya.. Heheh.. Mangap...” Ucap Deva sambil nyengir.
Tania yang mendengarnya sangat merasa gelisah dan merasa bersalah. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke wc. Ia mengganti baju olahraganya dengan seragam. Lalu ia segera pergi ke kantin. Ia menenangkan diri di sana.
“Huh... Aku nyesel. Padahal aku biarin aja ya Maudy mau ngapain aku juga. Kalo gini aku jadi tersiksa.” Batin Tania.
“Hei.. Tan.. Sendirian aja...!” Sapa Lintar.
“Eh.. Lintar..” Sapa Tania. Melihat Lintar, Tania makin merasa bersalah. Ia memutuskan untuk meninggalkan Lintar. “Lin.. Aku ke kelas duluan ya..” Pamit Tania.
“Yaa...” Jawab Lintar. Tersirat perasaan amat sangat bersalah pada Lintar di hati Tania.
Di kelas...
Terjadi keributan di kelas 7B. Rio hanya bisa cemberut. Ia tidak rela hpnya hilang begitu saja. Mukanya ditekuk dan mulutnya manyun. Tania masuk ke kelas dengan enggan. Ia sangat merasa berdosa pada Rio dan Lintar.
“Geledah aja Yo...!” Usul Ismail.
“Iya nih.. Siapa tau ada di tas salah satu temen kita.” Maudy menyetujui. Terlihat wajah liciknya berseri-seri.
Tania sangat gelisah mendengar kata 'geledah'. Ia sangat merasa bersalah. Matanya merah ingin menangis. Perasaannya tak menentu. Akhirnya kelas pun mulai digeledah. Tania memutuskan untuk pergi ke wc agar tidak melihat peristiwa penggeledahan itu. 15 menit Tania mengurung diri di wc. Akhirnya Tania memutuskan untuk kembali ke kelas.
Sesampainya Tania di kelas, kelas sudah terlihat ramai. Tania melihat meja Lintar sudah dipenuhi oleh murid-murid kelas 7B. Muka Lintar merah karena menangis. Begitupun muka Rio. Tapi Rio tidak menangis. Mukanya menunjukka kemarahan yang sangat besar.
“Lin, aku kira kamu baik. Ternyata, baru sehari aja sekolah di sini, kamu udah nyuri barang punya orang lain!” Teriak Rio marah.
“Tapi itu bukan perbuatan aku Yo...! Bener! Aku gak nyuri hp kamu. Aku berani sumpah!” Ucap Lintar lirih.
“Udah salah masih berani sumpah-sumpahan juga?” Bentak Rio.
“Udah.. Udah.. Ada apa ini?” Tanya Bu Nurmala memasuki kelas 7B. Bu Nurmala yang tadi hanya kebetulan lewat saha mendengar teriakan heboh dari kelas 7B. Jadi Bu Nurmala memutuskan untuk memasuki kelas 7B.
“Bu.. Lintar nyuri hp Rio.” Jawab Rio dengan muka marahnya.
“Hah?” Terlihat muka Bu Nurmala sangat terkejut.
“Bener Bu.. Bukan Lintar. Lintar gak tau apa-apa Bu..” Lintar membela dirinya.
“Kalo kamu bukan kamu yang nyuri, kenapa hp aku bisa ada di tas kamu?!” Tanya Rio kasar. Ia sudah marah besar.
“Aku juga gak tau Yo... Sumpah..” Jawab Lintar sambil menangis tersedu-sedu.
“Sudah...! Lintar..! Rio..! Ikut ibu ke ruang guru. Biar kita selesaikan di ruang guru!” Perintah Bu Nurmala. Tania yang melihat hal itu hanya bisa diam. Ia kembali melarikan diri ke wc. Ia menangis di dalam wc. Sebenarnya ia ingin lebih lama berada di dalam wc. Tapi bel tanda istirahat selesai pun berbunyi. Akhirnya Tania kembali ke kelas dengan mata merah. Untungnya tidak ada yang memerhatikan mata Tania yang bengkak dan merah itu.
Di kelas, anak-anak riuh mengobrolkan kejadian tadi. Sedangkan Rio dan Lintar belum juga kembali dari ruang guru. Apa ya yang terjadi di ruang guru?
Ruang guru...
“Bu.. Bener.. Lintar gak ngambil hp Rio Bu...” Lintar terus membela dirinya sambil menangis tersedu-sedu.
“Tapi kenapa hp Rio bisa ada di tas Lintar kalo Lintar gak nyuri hp Rio?” Tanya Rio sinis.
“Tapi aku nggak nyuri Yo.. Sumpah.. Aku gak bohong...” Lintar terus saja meyakinkan Rio.
“Mana ada pencuri yang mau ngaku.! Aku tau kamu yang nyuri. Tapi pasti kamu gak mau ngaku.!” Ucap Rio dengan tatapan mata tajam.
“Yo.. Percaya sama aku...”
“Udahlah.. Gak usah dipepanjang. Kan hp Rio udah ketemu.” Bu Nurmala menenangkan.
“Tapi Rio gak terima kalo Lintar belum ngaku. Rio mau maafin Lintar asal Lintar ngaku.” Ucap Rio.
“Lintar.. Ayo kamu ngaku sama Rio. Rio bilang dia mau maafin kamu kalo kamu ngaku. Ibu juga gak akan marah kok kalu kamu ngaku.” Bujuk Bu Nurmala.
“Bener Bu.. Lintar udah berkata sejujur-jujurnya. Ini bukan perbuatan Lintar. Lintar gak bohong Bu. Lagian ngapain Lintar nyuri hp Rio? Lintar juga bisa beli hp kayak Rio kalo Lintar mau.” Ucap Lintar.
Keadaan di kelas...
“Wuih.. Keren juga tuh murid baru..! Baru juga sehari masuk udah berani nyuri hp si Rio yang superkeren bin supemahal.” Celetuk Ozy.
“Iya nih.. Aku mau berguru ah sama dia.” Celetuk Deva.
“Huaahahhahahahah...” Seisi kelas langsung tertawa kecuali Tania yang masih merasa bersalah. Ia tidak rela Lintar dijadikan bahan tertawaan.
“Huah.. Bener..! Aku setuju sama Deva. Lumayan kan... Dapet satu blackberry.” Timpal Ray.
“Eh, kalian gak boleh kayak gitu sama Lintar. Kan belum tentu Lintar bener-bener nyuri hp Rio. Siapa tau aja ada orang yang masukin hp Rio ke tas Lintar.” Teriak Tania. Ia sudah tidak tidak tahan lagi jika Lintar terus diolok-olok karena perbuatannya. Ia sudah mengumpulkan segenap rasa beraninya.
“Wuih... Si Tania hebat bener ngelindungin Lintar. Jangan-jangan Tania ada rasa ya sama Lintar??” Tanya Deva iseng.
“Bukan kayak gitu Dev..!” Teriak Tania. Ia lalu duduk dan hanya menunduk saja. Seluruh seisi kelas menyoraki Tania. Maudy, Gaby, dan Ionk hanya heran melihat tingkah Tania. Lalu Maudy memutuskan untuk bertanya pada Tania.
“Tan.. Kamu mau ngerusak rencana aku ya? Kalo gini nanti orang bisa tau!” Bisik Maudy.
“Tapi aku gak kuat Mod kalo Lintar diejek terus. Kan bukan salah dia. Ini semua salah aku.” Ucap Tania.
“Kamu terlalu lemah Tan...” Maudy berkata dengan sinis.
“Daripada kamu. TERLALU JAHAT.” Entah mengapa Tania merasa berani berkata seperti itu pada Maudy. Padahal ia sangat takut pada Maudy biasanya.
Teett... Bel pulang sekolah berbunyi.. Seluruh murid berhamburan keluar kelas. Maudy CS siap melaksanakan rencana keduanya. Mereka mencegat Lintar di depan pintu gerbang sekolah. Muka Lintar masih terlihat kusut.
“Lin, kamu sedih ya?” Tanya Maudy.
“Yaiyalah Mod.. Ini sih namanya fitnah.” Ucap Lintar.
“Ya.. Sabar aja Lin..” Ucap Maudy. “Aku percaya ini bukan perbuatan kamu. Aku tau siapa yang ngelakuin ini semua.” Sambung Maudy lagi.
“Siapa Mod?” Tanya Lintar penasaran.
“Udah.. Ikut dulu aja ke rumah Gaby..!” Ucap Maudy sambil menarik tangan Lintar untuk naik ke arah mobilnya. Di belakangnya, Ionk dan Gaby mengikuti. Tania tidak mau ikut. Ia masih merasa bersalah.
Rumah Gaby...
“Jadi gimana Modd? Siapa pelakunya??” Tanya Lintar buru-buru.
“Ini cuma dugaan aku. Kan kemaren yang masuk ke kelas di jam pelajaran olahraga itu si Ismail. Siapa lagi dong kalo bukan Ismail?” Ucap Maudy to the point.
“Hah? Aku gak percaya!” Ucap Lintar.
“Tapi aku rasa dugaanku tepat. Mungkin dia pingin menjatuhkan kamu supaya dia gak turun ranking. Dia kan pinter dan kamu murid baru yang pinter juga.” Maudy menjelaskan.
“Iya juga ya... Aku harus ngomong. Tapi aku gak berani Mod.” Ucap Lintar.
“Hm.. Aku mau bantu kamu buat ngomong. Tapi syaratnya kamu harus mau bantuin kita. Caranya cukup dengan ngasih contekkan selama 2 bulan penuh . Gimana?” Tanya Maudy. Lintar yang sudah pusing hanya bisa mengangguk walaupun hatinya tak ikhlas.
“Yes...”
Keesokan harinya disekolah...
Bu Nurmala masuk ke kelas...
“Apa ada masalah yang mau dibicarakan sebelum kita mulai?” Tanya Bu Nurmala seperti biasanya.
“Bu...!” Maudy ngacung.
“Apa?” Tanya Bu Nurmala.
“Masalah hp Rio bu.. Maudy gak yakin Lintar yang nyuri. Kan sepanjang pelajaran olahraga Lintar gak masuk ke kelas. Dia ada di lapangan terus. Masa bisa Lintar nyuri hp Rio dari luar kelas?” Tanya Maudy.
“Terus kalo gitu siapa Mod?” Tanya Rio penasaran.
“Menurut Maudy, itu perbuatannya Ismail. Ada dua alasan Bu. Yang pertama satu-satunya orang yang masuk ke kelas saat jam pelajaran olahraga cuma Ismail. Yang kedua, Ismail kan juara kelas. Mungkin dia takut predikat juaranya hilang karena kehadiran Lintar. Jadi Ismail ngejatuhin Lintar.” Ucap Maudy blak-blakan.
“Ismail??” Tanya Bu Nurmala.
“Itu bukan perbuatan Ismail Bu. Ismail punya pendapat. Ismail gak nyuri. Tapi Ismail emang ke kelas pas pelajaran olahraga tadi karena haus. Selain Ismail, tadi ada orang juga yang di kelas selama pelajaran olahraga. Dia Tania. Tania telat datang ke lapangan Bu.” Jawab Ismail.
“Kalian denger kan apa kata Bu Nurmala tadi? Bu Nurmala bilang, kalo Lintar itu sering juara olimpiade. Kita bisa andalin Lintar buat jadi contekkan. Jadi aku bisa ngalahin si Ismail.” Jelas Maudy.
“Mod.. Mod.. Masa mau Lintar ngasih contekkan buat kita? Nanti adanya kita yang malah dimusuhin sama dia.” Ionk berpendapat.
“Lintar pasti mau berteman sama kita kalo dia dimusuhin sama yang lainnya.” Ucap Maudy mantap.
“Gimana bisa dia dimusuhin? Baru masuk sehari aja temennya udah segudang.” Tania berkomentar.
“Alah.. Jangan sok tau deh kamu..! Denger dulu rencana aku..!” Teriak Maudy.
“Apaan Modd rencananya?” Tanya Gaby yang terus penasaran.
“Gini... Blablablabla...” Maudy menceritakan rencananya pada Gaby, Ionk, dan Tania.
“Nah, sekarang siapa yang mau dijadiin korbannya? Jangan aku ya...!” Ucap Gaby.
“Okok.. Aku juga gak mau ya..!” Ionk menolak.
“Dan yang pasti bukan aku. Jadi yang tersisa cuma Tania!” Ucap Maudy.
“Jangan!! Aku gak mau. Aku gak ikut-ikutan. Ini kan jahat Mod..” Tolak Tania.
“Kalo kamu gak mau, liat aja nanti apa yang akan terjadi sama kamu! Kamu lupa sama...” Ucapan Maudy terpotong.
“Iya.. Iya.. Aku mau Mod..” Ucap Tania terpaksa.
“Nah... Gitu dong...!” Maudy puas.
Keesokan harinya...
“Tan.. Siap okok... Pelajaran habis ini kan olahraga! Bentar lagi lho..!” Maudy mengingatkan Tania.
“Hm.. I.. Iya..” Jawab Tania agak terpaksa.
'Teett.. Teett..' Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa kelas 7B sibuk menyiapkan pakaian olahraga. Lalu mereka berebut untuk berganti baju < emangnya ada sembako apa? >.
“Siap-siap Tan.. Tunggu sampe semua murid keluar...! Aku duluan.” Bisik Maudy.
“Hm...” Tania hanya menggumam.
Seluruh siswa keluar dari kelas 7B. Tania masih bertahan di dalam kelasnya. Alasannya, ia mau mencari kunci lokernya yang terselip. Saat kelas sudah benar-benar kosong, Tania memulai aksinya. Ia mengaduk-aduk isi tas Rio. Ia menemukan sebuah hp keren bermerek blackberry . Lalu, Tania memasukkan hp itu ke dalam tas Lintar. Setelah itu, Tania baru berlari ke luar kelas menuju ke lapangan sekolah tempat mereka biasa berolahraga.
“Gimana Tan?” Tanya Maudy begitu melihat kedatangan Tania ke lapangan sekolah.
“Udah..” Jawab Tania lesu sekaligus merasa bersalah.
“Bagus..” Maudy puas.
>>>
Pelajaran olahraga selesai. Seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing. Rio yang baru masuk, langsung mengaduk isi tasnya untuk mengambil botol minumnya. Lalu ia menyeruput isi botol minumnya dulu. Setelah itu, Rio mencari hpnya. Betapa terkejutnya ketika ia tidak menemukan hpnya.
“Woy.. Ada yang liat hp aku gak?” Tanya Rio.
“Hah?? Hilang ke mana?” Tanya Deva.
“Ya nggak tau..! Kalo aku tau hilangnya ke mana, aku juga gak akan nanya..!” Jawab Rio.
“Iya ya.. Heheh.. Mangap...” Ucap Deva sambil nyengir.
Tania yang mendengarnya sangat merasa gelisah dan merasa bersalah. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke wc. Ia mengganti baju olahraganya dengan seragam. Lalu ia segera pergi ke kantin. Ia menenangkan diri di sana.
“Huh... Aku nyesel. Padahal aku biarin aja ya Maudy mau ngapain aku juga. Kalo gini aku jadi tersiksa.” Batin Tania.
“Hei.. Tan.. Sendirian aja...!” Sapa Lintar.
“Eh.. Lintar..” Sapa Tania. Melihat Lintar, Tania makin merasa bersalah. Ia memutuskan untuk meninggalkan Lintar. “Lin.. Aku ke kelas duluan ya..” Pamit Tania.
“Yaa...” Jawab Lintar. Tersirat perasaan amat sangat bersalah pada Lintar di hati Tania.
Di kelas...
Terjadi keributan di kelas 7B. Rio hanya bisa cemberut. Ia tidak rela hpnya hilang begitu saja. Mukanya ditekuk dan mulutnya manyun. Tania masuk ke kelas dengan enggan. Ia sangat merasa berdosa pada Rio dan Lintar.
“Geledah aja Yo...!” Usul Ismail.
“Iya nih.. Siapa tau ada di tas salah satu temen kita.” Maudy menyetujui. Terlihat wajah liciknya berseri-seri.
Tania sangat gelisah mendengar kata 'geledah'. Ia sangat merasa bersalah. Matanya merah ingin menangis. Perasaannya tak menentu. Akhirnya kelas pun mulai digeledah. Tania memutuskan untuk pergi ke wc agar tidak melihat peristiwa penggeledahan itu. 15 menit Tania mengurung diri di wc. Akhirnya Tania memutuskan untuk kembali ke kelas.
Sesampainya Tania di kelas, kelas sudah terlihat ramai. Tania melihat meja Lintar sudah dipenuhi oleh murid-murid kelas 7B. Muka Lintar merah karena menangis. Begitupun muka Rio. Tapi Rio tidak menangis. Mukanya menunjukka kemarahan yang sangat besar.
“Lin, aku kira kamu baik. Ternyata, baru sehari aja sekolah di sini, kamu udah nyuri barang punya orang lain!” Teriak Rio marah.
“Tapi itu bukan perbuatan aku Yo...! Bener! Aku gak nyuri hp kamu. Aku berani sumpah!” Ucap Lintar lirih.
“Udah salah masih berani sumpah-sumpahan juga?” Bentak Rio.
“Udah.. Udah.. Ada apa ini?” Tanya Bu Nurmala memasuki kelas 7B. Bu Nurmala yang tadi hanya kebetulan lewat saha mendengar teriakan heboh dari kelas 7B. Jadi Bu Nurmala memutuskan untuk memasuki kelas 7B.
“Bu.. Lintar nyuri hp Rio.” Jawab Rio dengan muka marahnya.
“Hah?” Terlihat muka Bu Nurmala sangat terkejut.
“Bener Bu.. Bukan Lintar. Lintar gak tau apa-apa Bu..” Lintar membela dirinya.
“Kalo kamu bukan kamu yang nyuri, kenapa hp aku bisa ada di tas kamu?!” Tanya Rio kasar. Ia sudah marah besar.
“Aku juga gak tau Yo... Sumpah..” Jawab Lintar sambil menangis tersedu-sedu.
“Sudah...! Lintar..! Rio..! Ikut ibu ke ruang guru. Biar kita selesaikan di ruang guru!” Perintah Bu Nurmala. Tania yang melihat hal itu hanya bisa diam. Ia kembali melarikan diri ke wc. Ia menangis di dalam wc. Sebenarnya ia ingin lebih lama berada di dalam wc. Tapi bel tanda istirahat selesai pun berbunyi. Akhirnya Tania kembali ke kelas dengan mata merah. Untungnya tidak ada yang memerhatikan mata Tania yang bengkak dan merah itu.
Di kelas, anak-anak riuh mengobrolkan kejadian tadi. Sedangkan Rio dan Lintar belum juga kembali dari ruang guru. Apa ya yang terjadi di ruang guru?
Ruang guru...
“Bu.. Bener.. Lintar gak ngambil hp Rio Bu...” Lintar terus membela dirinya sambil menangis tersedu-sedu.
“Tapi kenapa hp Rio bisa ada di tas Lintar kalo Lintar gak nyuri hp Rio?” Tanya Rio sinis.
“Tapi aku nggak nyuri Yo.. Sumpah.. Aku gak bohong...” Lintar terus saja meyakinkan Rio.
“Mana ada pencuri yang mau ngaku.! Aku tau kamu yang nyuri. Tapi pasti kamu gak mau ngaku.!” Ucap Rio dengan tatapan mata tajam.
“Yo.. Percaya sama aku...”
“Udahlah.. Gak usah dipepanjang. Kan hp Rio udah ketemu.” Bu Nurmala menenangkan.
“Tapi Rio gak terima kalo Lintar belum ngaku. Rio mau maafin Lintar asal Lintar ngaku.” Ucap Rio.
“Lintar.. Ayo kamu ngaku sama Rio. Rio bilang dia mau maafin kamu kalo kamu ngaku. Ibu juga gak akan marah kok kalu kamu ngaku.” Bujuk Bu Nurmala.
“Bener Bu.. Lintar udah berkata sejujur-jujurnya. Ini bukan perbuatan Lintar. Lintar gak bohong Bu. Lagian ngapain Lintar nyuri hp Rio? Lintar juga bisa beli hp kayak Rio kalo Lintar mau.” Ucap Lintar.
Keadaan di kelas...
“Wuih.. Keren juga tuh murid baru..! Baru juga sehari masuk udah berani nyuri hp si Rio yang superkeren bin supemahal.” Celetuk Ozy.
“Iya nih.. Aku mau berguru ah sama dia.” Celetuk Deva.
“Huaahahhahahahah...” Seisi kelas langsung tertawa kecuali Tania yang masih merasa bersalah. Ia tidak rela Lintar dijadikan bahan tertawaan.
“Huah.. Bener..! Aku setuju sama Deva. Lumayan kan... Dapet satu blackberry.” Timpal Ray.
“Eh, kalian gak boleh kayak gitu sama Lintar. Kan belum tentu Lintar bener-bener nyuri hp Rio. Siapa tau aja ada orang yang masukin hp Rio ke tas Lintar.” Teriak Tania. Ia sudah tidak tidak tahan lagi jika Lintar terus diolok-olok karena perbuatannya. Ia sudah mengumpulkan segenap rasa beraninya.
“Wuih... Si Tania hebat bener ngelindungin Lintar. Jangan-jangan Tania ada rasa ya sama Lintar??” Tanya Deva iseng.
“Bukan kayak gitu Dev..!” Teriak Tania. Ia lalu duduk dan hanya menunduk saja. Seluruh seisi kelas menyoraki Tania. Maudy, Gaby, dan Ionk hanya heran melihat tingkah Tania. Lalu Maudy memutuskan untuk bertanya pada Tania.
“Tan.. Kamu mau ngerusak rencana aku ya? Kalo gini nanti orang bisa tau!” Bisik Maudy.
“Tapi aku gak kuat Mod kalo Lintar diejek terus. Kan bukan salah dia. Ini semua salah aku.” Ucap Tania.
“Kamu terlalu lemah Tan...” Maudy berkata dengan sinis.
“Daripada kamu. TERLALU JAHAT.” Entah mengapa Tania merasa berani berkata seperti itu pada Maudy. Padahal ia sangat takut pada Maudy biasanya.
Teett... Bel pulang sekolah berbunyi.. Seluruh murid berhamburan keluar kelas. Maudy CS siap melaksanakan rencana keduanya. Mereka mencegat Lintar di depan pintu gerbang sekolah. Muka Lintar masih terlihat kusut.
“Lin, kamu sedih ya?” Tanya Maudy.
“Yaiyalah Mod.. Ini sih namanya fitnah.” Ucap Lintar.
“Ya.. Sabar aja Lin..” Ucap Maudy. “Aku percaya ini bukan perbuatan kamu. Aku tau siapa yang ngelakuin ini semua.” Sambung Maudy lagi.
“Siapa Mod?” Tanya Lintar penasaran.
“Udah.. Ikut dulu aja ke rumah Gaby..!” Ucap Maudy sambil menarik tangan Lintar untuk naik ke arah mobilnya. Di belakangnya, Ionk dan Gaby mengikuti. Tania tidak mau ikut. Ia masih merasa bersalah.
Rumah Gaby...
“Jadi gimana Modd? Siapa pelakunya??” Tanya Lintar buru-buru.
“Ini cuma dugaan aku. Kan kemaren yang masuk ke kelas di jam pelajaran olahraga itu si Ismail. Siapa lagi dong kalo bukan Ismail?” Ucap Maudy to the point.
“Hah? Aku gak percaya!” Ucap Lintar.
“Tapi aku rasa dugaanku tepat. Mungkin dia pingin menjatuhkan kamu supaya dia gak turun ranking. Dia kan pinter dan kamu murid baru yang pinter juga.” Maudy menjelaskan.
“Iya juga ya... Aku harus ngomong. Tapi aku gak berani Mod.” Ucap Lintar.
“Hm.. Aku mau bantu kamu buat ngomong. Tapi syaratnya kamu harus mau bantuin kita. Caranya cukup dengan ngasih contekkan selama 2 bulan penuh . Gimana?” Tanya Maudy. Lintar yang sudah pusing hanya bisa mengangguk walaupun hatinya tak ikhlas.
“Yes...”
Keesokan harinya disekolah...
Bu Nurmala masuk ke kelas...
“Apa ada masalah yang mau dibicarakan sebelum kita mulai?” Tanya Bu Nurmala seperti biasanya.
“Bu...!” Maudy ngacung.
“Apa?” Tanya Bu Nurmala.
“Masalah hp Rio bu.. Maudy gak yakin Lintar yang nyuri. Kan sepanjang pelajaran olahraga Lintar gak masuk ke kelas. Dia ada di lapangan terus. Masa bisa Lintar nyuri hp Rio dari luar kelas?” Tanya Maudy.
“Terus kalo gitu siapa Mod?” Tanya Rio penasaran.
“Menurut Maudy, itu perbuatannya Ismail. Ada dua alasan Bu. Yang pertama satu-satunya orang yang masuk ke kelas saat jam pelajaran olahraga cuma Ismail. Yang kedua, Ismail kan juara kelas. Mungkin dia takut predikat juaranya hilang karena kehadiran Lintar. Jadi Ismail ngejatuhin Lintar.” Ucap Maudy blak-blakan.
“Ismail??” Tanya Bu Nurmala.
“Itu bukan perbuatan Ismail Bu. Ismail punya pendapat. Ismail gak nyuri. Tapi Ismail emang ke kelas pas pelajaran olahraga tadi karena haus. Selain Ismail, tadi ada orang juga yang di kelas selama pelajaran olahraga. Dia Tania. Tania telat datang ke lapangan Bu.” Jawab Ismail.
0 comments:
Post a Comment